Aku Menghimbau "Green Living"


Sumber gambar: Greenpeace.com


Petanimencatat - Entah bagaimana caranya, kita harus mulai cara hidup baru. Sebuah cara hidup yang tidak sekadar berlandaskan pada kondisi "the now" tapi juga kelangsungan hingga generasi mendatang. Harus lebih memikirkan keadaan bumi hingga tetap layak huni bagi generasi yang akan datang. Tidak hanya untuk kita, manusia, tapi juga flora dan fauna.

Gejala "climate change" yang tak menentu dan es di kutub yang terus mencair hingga menyebabkan volume air di lautan meningkat adalah salah dua tanda bahwa bumi kita semakin panas. Di tambah lagi penggunaan plastik untuk "konsumsi sekali pakai" yang kita lakukan membuat "tugas" bumi untuk meregenerasi dirinya semakin berat, karena plastik butuh ratusan tahun dapat terurai.

Maka, tak perlu heran jika sering terjadi bencana akhir-akhir ini, karena begitulah 'cara' bumi menormalisasi dirinya. Dan, satwa-satwa yang dulu banyak berkeliaran, saat kita masih kecil, sudah mulai jarang kita temui. Misal, capung jarum dan kunang-kunang. Itu artinya mereka mulai terdesak dan tergeser dari kehidupan karena ketidak-mampuannya beradaptasi dengan keadaan bumi yang semakin mengkhawatirkan.

Selain itu, pembangunan infrastruktur baik dari sektor industri atau pariwisata sering kali mengkhianati alam. Pembangunan-pembangunan dirancang tanpa ramah lingkungan menjadikan analisis AMDAL hanya sekadar formalitas untuk sebuah proyek yang menggiurkan, meskipun harga dari pembangunan itu adalah kerusakan alam.

Aku bukan orang yang tidak mau maju atau anti-modernitas. Tapi menyaksikan kondisi alam yang kian hari kian rusak, membuatku semakin bertanya-tanya apa sebenarnya makna kemajuan dan modernitas.

Apakah modern itu menggantikan udara sejuk dan bersih dengan udara yang dihembuskan oleh mesin AC? Apakah modern itu membabat hutan lalu diganti dengan kebun kelapa sawit atau sengon? Apakah modern itu melenyapkan bukit-bukit dan pegunungan, kemudian diganti dengan pertambangan? Apakah modern itu menebang pohon-pohon hijau, lalu diganti dengan gedung-gedung menjulang tinggi nan kelap-kelip? Apakah modern itu mengganti air bersih yang bersumber dari sumur dan bukit-bukit dengan air kotor yang disalurkan PDAM?

Atau, apa sebenarnya makna modern itu? Apa kemajuan itu? Katakanlah, kalau kalian tau.

Aku hampir takut membayangkan bagaimana susahnya kehidupan anak cucu kita. Mereka akan tinggal di bumi yang semakin panas dengan bencana alam yang bertubi-tubi. Belajar tentang rantai makanan tanpa melihat langsung wujud asli seekor belalang atau macan. Betapa menyedihkan.

Mulai sekarang, mari hidup dengan cara "green living". Kita ubah cara hidup kita dari hal yang sangat sederhana. Kita, misalnya, kurangi penggunaan sedotan, sendok plastik atau kresek yang sering kali hanya sekali pakai. Kita kurangi konsumsi bahan-bahan plastik untuk kebutuhan kita sehari-hari sambil lalu kita juga harus berusaha mendaur ulang sampah-sampah sebagai barang yang memiliki nilai guna dan estetika.

Dalam bidang transportasi, "green living" juga bisa berupa mendahulukan transportasi umum daripada pribadi. Itu akan menghemat banyak hal dan mengurangi polusi. Bumi kita sudah sedemikian sesak karena polusi yang kita buat.

Aku menyadari bahwa aku belum bisa berbuat banyak, dan memang masih belum berbuat apa-apa. Hanya saja, jika kesadaran untuk hidup ramah lingkungan ini terus kita gelorakan, aku yakin sedikit demi sedikit akan mengubah perilaku kita. Pada akhirnya, kita akan mampu menahan, jika memang tidak bisa menghentikan, laju kerusakan bumi yang indah ini. Dan, satwa seperti di video dibawah ini tidak terjadi lagi.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka untuk Para Jomblo

'Toxic Masculinity' dan Kesetaraan Gender

Sam Tobacco dan Rokok 'Tingwe'

Pemain Baru dan Tantangan Unai Emery

H-1 Lebaran Dini Hari di Warung Mie Instan

Kala Ratih