Sam Tobacco dan Rokok 'Tingwe'
Sumber gambar: facebook.com/samtobacco
Selain penikmat kopi, aku adalah perokok, meskipun tidak masuk kategori perokok berat. Sebab seingatku, belum pernah aku ngisap kaki meja atau tiang listrik.
Perihal rokok ini, sungguh amat 'debatable'. Bahkan perdebatan pendukung dan penentang rokok sudah ada berpuluh tahun yang lalu.
Biar kutegaskan sekarang: Kali ini aku tidak akan membahas perdebatan itu. Biarkan mereka yang anti-rokok berpendirian pada argumentasinya tentang 'bahaya rokok pada kesehatan', meskipun sambil lalu mereka turut menyumbang penumpukan sampah dan polusi pada bumi tanpa ada kesadaran mau menguranginya.
Disisi lain, abaikan juga mereka yang mendukung gerakan merokok itu dengan argumen-argumennya tentang fiskal dan kesejahteraan petani tembakau, meski pada saat bersamaan mereka tidak pernah mau tahu persoalan petani tembakau di Indonesia.
Mari, untuk sejenak, tinggalkan perdebatan itu, tapi jangan sekali-kali tinggalkan pasangan kita.
Sebagai seorang perokok, sudah bermacam merk rokok pernah aku cicipi. Tapi, di antara semuanya, aku paling suka pada rokok 'tingwe'. Linting Dewe. Maksudnya, rokok lintingan yang aku buat sendiri.
Kenapa aku suka rokok tingwe? Apa karena membeli tembakau (yang masih belum jadi rokok siap isap atau rokok sasetan) itu berarti lebih membantu petani?
Sekali lagi aku tekankan. Aku tidak mau bahas ini serumit itu. Lagipula aku juga nggak paham betul. Apalagi katanya ada 'konspiresyen' dalam tarik-ulur perdebatan itu. Kalau pun harus ada alasan kenapa aku suka tingwe, maka jawabannya karena aku terkena pengaruh buruk Sam Tobacco.
Siapa atau apa itu Sam Tobacco?
Jelasnya ia bukan sejenis organisasi rahasia semacam Illuminati, atau bukan pula organisasi penyedia alutsista. Singkatnya, ia adalah lapak jualan tembakau.
Meskipun ada beragam 'rasa' tembakau yang ditawarkan oleh lapak yang kurang ajar ini, semuanya berasal dari Wringin-Besuki Situbondo. Yang aku maksud dengan rasa itu, bukan rasa dalam pengertian semisal vapor loh ya. Rokok elektrik yang rasa-rasa itu, semisal rasa vanilla, coklat, nanas, pisang, ataupun mantan, ups.
Rasa itu maksudnya 'nyegrak'/kasar, halus, kering, panas, sedang, dan yang lainnya. Namun, terkhusus untuk tembakau Wringin-Besuki ini, rata-rata rasanya halus dan sedang. Kalian yang menyukai rokok putihan (rokok tanpa cengkeh seperti Marlboro, Lucky Strike, Marcopolo, Dunhill, dst.) hampir dapat dipastikan akan menyukai jenis tembakau ini.
Jangankan yang putihan, penikmat rokok mild sasetan pun banyak yang suka pada jenis tembakau ini.
Meski secara kualitas rokok tembakau (termasuk dari Sam Tobacco ini) tidak kalah enak dari rokok sasetan, tidak lantas membuat orang langsung dapat menerimanya. Alasannya biasanya klasik: tidak praktis. Atau, tidak bisa ngelinting. (Untuk alasan tidak bisa ngelinting ini, semoga video tutorialnya segera di-upload)
Memang. Tidak semua orang dapat ngelinting dengan baik. Butuh ketelatenan, kecerdasan, dan 'feeling' yang kuat untuk bisa menghasilkan lintingan yang sempurna. Sungguh, hanya orang-orang terpilih yang dapat melakukan ini. Sekali lagi, hanya orang-orang terpilih yang dapat melakukan ini! Sumpah aku serius.
Ada sensasi yang lain saat membuat tingwe. Salah satunya adalah latihan (tanpa sadar) untuk lebih bersikap sabar, tidak grasak-grusuk, dan menikmati momen. Dampaknya, pikiran jadi jernih dan tertata.
Betapa asyiknya, saat ngobrol dengan teman atau membaca buku, sambil lalu ngelinting tembakau sebelum kita isap. Perbincangan tentu mengalir lebih santai dan menyenangkan.
Betapa asyiknya, saat ngobrol dengan teman atau membaca buku, sambil lalu ngelinting tembakau sebelum kita isap. Perbincangan tentu mengalir lebih santai dan menyenangkan.
Selain itu, aku punya satu alasan lain, yaitu alasan finansial. Dengan uang Rp. 30.0000, aku sudah mengantongi tembakau seberat satu ons. Dan, satu ons itu, jika kalian pakai sendiri, akan habis kurang lebih dalam seminggu.
Sebagai perbandingan, jika kalian pakai rokok sasetan dengan harga Rp. 15.000 per bungkus per-hari, maka kalian sedikitnya harus menyediakan Rp. 105.000 per minggu. Artinya, dengan rokok tembakau kalian akan menghemat sebesar Rp. 75.000 dalam seminggu atau Rp. 300.000 dalam sebulan.
Duit Rp. 300.000 itu tidak kecil loh, gaes. Uang itu dapat kalian gunakan beli martabak, nonton bioskop, jalan-jalan wisata terdekat, membeli softex, atau cawat pacar kalian. Intinya bisa kalian pakai untuk hal lain dah.
Dalam pandanganku, tidak ada alasan ideologis seperti membantu petani dalam tingwe ini. Aku tidak mau 'ngurusin' mereka, para petani yang malang itu. Cukup pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar yang 'ngurusin' mereka. Apalagi, para petani itu kan emang sudah pada kurus, buat apa tambah dikurusin lagi? Malah jadi tambah berdosa aku nanti.
Jadi, mari ngelinting dan berbincang dengan santai. Jangan tunjukkan seberapa besar urat leher kita, tapi seberapa brilian isi kepala.

Komentar
Posting Komentar