H-1 Lebaran Dini Hari di Warung Mie Instan

 Sumber gambar: Twitter


Seseorang menghampiriku di sebuah warung saat aku sedang menikmati mie goreng instan sambil baca-baca timeline Twitter. Ia 40 cm berdiri di sampingku.

"Mas, boleh pinjam koreknya?" ujarnya seketika.

Kulihat wajahnya sekilas. Raut mukanya datar. Tanpa menjawab, kubuka tas dan mencari korekku.

Ketika aku masih mencari-cari korekku, tiba-tiba dia men-skrol dan mengetuk-ngetuk layar HP-ku yang tergeletak di atas meja di dekat mangkok mie. Langsung saja aku tekan tombol power sekali dan HP langsung 'sleep'.

"Apa kok sembarangan main HP?" Aku protes sambil menatap matanya.

"Kenapa emang?"

Bukannya menjawab, dia malah balik bertanya. Terang sekali bahwa lelaki ini suka bikin perkara. Kuperhatikan dia dari kepala hingga kaki.

Dia memiliki rahang yang bagus. Tubuhnya lumayan kekar, tapi sorot matanya menandakan agak kurang ajar. Wajahnya kurang tersenyum hingga terlihat lebih tua dari semestinya.

Kutaksir tingginya sekitar 162 cm, berat badannya 58 atau 59 kg, dan umur sekitar 23 atau 24 tahun. Pekerjaannya pasti berhubungan dengan penggunaan tenaga lebih, tapi pasti bukan petani.

Jadi sederhananya, di hadapanku ini adalah seorang pemuda yang apabila ada tetangganya meninggal dunia, dia yang akan gali kubur, bukan yang mengimami salat jenazah.

Sekian detik kemudian, korek kutemukan dan langsung kuberikan padanya tanpa menghiraukan pertanyaannya tadi. Lalu, dia mengeluarkan sebatang rokok dari saku celananya. Rokok itu sudah pernah dibakar, tapi dimatikan lagi. Merknya 'Toplas' dan sudah tinggal separuh batang.

Hampir dapat dipastikan, pemuda ini tidak pegang uang. Kalaupun pegang, kemungkinan hanya cukup beli bensin setengah liter. Aku jadi khawatir dia mau malak.

Menyadari hal itu semua, aku semakin waspada. Jika terjadi kekacauan, jelas pemuda ini akan merepotkan. Apalagi malam itu adalah malam H-1 lebaran.

Secara perlahan dan diam-diam, kutenangkan diriku. Kubaca situasi. Dia berdiri, aku duduk. Artinya dia punya keuntungan buat menghajar, bahkan memecahkan kepalaku.

Tapi aku juga ada keuntungan. Aku memiliki jarak pukul yang sip pada 'Burung'-nya. Jarak 40 cm dan pukulan yang diikuti dengan dorongan tubuh akan jadi petaka, bukan saja pada Burung tapi juga Telurnya.

Seseorang yang terkena pukul alat vitalnya, sangat besar kemungkinan dia tidak akan punya pertahanan yang baik. Dia secara refleks akan memegangi Burung dan Telurnya. Sedangkan area kepala jelas tak akan terlindungi. Dan yang membuat fatal adalah, rahang/dahu dan leher. Sebetulnya ada yang lebih mengerikan: kepala belakang, tapi kelamaan jika kamu masih mau memutari lawanmu.

Aku rasa dia harus menyadari keuntungan yang kumiliki. Sebab satu pukulan yang agak bertenaga, baik dengan tangan maupun tendangan, pada kemaluan sakitnya luar biasa. Bagi wanita yang ingin tahu rasanya, mungkin, itu sama dengan melahirkan normal. Ya, dikira-kira sendirilah.

Apabila kekacauan benar-benar terjadi, aku pikir kita tidak akan merayakan lebaran di rumah: aku di sel polsek, dia di ruang rawat inap Puskesmas jika beruntung.

Ini bukan ungkapan lelucon. Sebelum makan mie instan di warung ini, aku dari rumahnya Bang Mahbub, CEO Nong Institute, di sekitar Jl. Panjaitan Jember. Di sana aku disuguhi kopi yang tidak hanya pahit, tapi juga dirapalkan Hizb An-Nashar. Sungguh!

"Koreknya aku bawa ya, aku gak ada korek," pintanya seketika setelah menyalakan rokoknya.

"Alah, rokok aja nggak punya. Awas aja kamu malak aku uang," batinku.

Kukibaskan tanganku, seolah memberi isyarat 'bawa saja korek itu. Gak apa-apa', padahal maksudnya 'pergi sana kau, bedebah!'

Lalu pemuda itu melangkah keluar, menghilang dalam tikungan jalan yang sepi dini hari. Aku hendak menandaskan mie gorengku yang tersisa sedikit. Eman, masih sisa 2 atau 3 sendok lagi, tapi aku terkejut.

"Loh, mangkoknya sudah bapak ambil?"

"Iya, mas. Tadi mie-nya sudah dihabiskan adik sampeyan."

Kutoleh adek sepupuku. Dia cuma cengengesan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka untuk Para Jomblo

'Toxic Masculinity' dan Kesetaraan Gender

Sam Tobacco dan Rokok 'Tingwe'

Pemain Baru dan Tantangan Unai Emery

Kala Ratih

Aku Menghimbau "Green Living"