Puput Menulis Memo

Sumber gambar: milik pribadi

Petanimencatat - Ponakanku, Puput namanya, sudah bisa menulis memo. Dia kelas 5 SD. Tulisan pada gambar ini adalah memo yang ditujukan pada mbahnya, orang tuaku sendiri.

Aku sangat bangga ia mampu menulis memo, dan akan lebih bangga lagi jika ia membiasakannya. Setidaknya, terdapat 3 (tiga) alasan untuk hal ini.

Pertama, dia akan terlatih menulis dan menyampaikan pesan secara singkat nan padat. Ini penting untuk meningkatkan kecakapannya menghindari berbicara 'mbulet', yang alih-alih memudahkan orang lain memahami pesan yang ingin disampaikan, tapi justru mempersulitnya.

Kedua, kebiasaan meninggalkan memo ini bagian dari suatu etika agar orang-orang tidak mencemaskan kepergiannya. Karena memang sudah seharusnya, seremeh apapun suatu perkara, etika tetap tidak boleh disepelekan, apalagi ditinggalkan.

Ketiga, emm... Opo yo? 🤔 Wes, koen mikir dewe ae, moso aku tok sing dikon mikir. Enakmen uripmu, mblo.. 😂

Akan tetapi, bukankah dengan menggunakan HP, pesan lebih cepat diterima oleh orang yang dituju--kita bisa sms, chat, atau telpon langsung padanya? Iya, benar. Tapi menggunakan Memo tidak perlu pulsa atau koneksi internet, bukan?

Memo yang ditulis Puput itu berbahasa Honduras. Lebih tepatnya bahasa Honduras kasar. Jadi, supaya koen, koen, koen karo koen kabeh gampang memahami isi memo itu, aku akan menerjemahkannya secara akrobatik dan menggunakan bahasa Indonesia dengan tingkat kesopanan sebagaimana ia bicara pada mbahnya jika pakai bahasa Indonesia.

"Mbah, aku pulang (ke rumah saat) sampean tidur. Aku takut menyusahkan sampean (jika harus mengantarkan aku, dan) takut ibu marah sama aku (kalau aku menyusahkan sampean). Jangan marah sama aku (karena tidak membangunkan sampean)."

Hal yang kutangkap dari memo ini, Puput berbicara tentang tekanan, rasa takut, penghormatan, dan pembelaan.

Jadi memo itu merupakan jalan tengah dari dua kemungkinan pahit: pertama, takut dimarahi ibunya (jika membangunkan mbahnya); kedua, takut dimarahi mbahnya (karena pulang tidak membangunkannya).

Yang ponakanku lakukan itu, cerdas meskipun anaknya lebih sering menyebalkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka untuk Para Jomblo

'Toxic Masculinity' dan Kesetaraan Gender

Sam Tobacco dan Rokok 'Tingwe'

Pemain Baru dan Tantangan Unai Emery

H-1 Lebaran Dini Hari di Warung Mie Instan

Kala Ratih

Aku Menghimbau "Green Living"