Handphone yang Rusak

Sumber gambar: geriyadjadoel.blogspot.com


Petanimencatat - Aku mengetahui banyak hal yang mungkin tidak diketahui banyak orang. Kali ini aku mau bercerita tentang rahasia tuanku. Ya, tuan yang mempunyai hak atas diriku. Yang menebusku dari orang lain dengan sejumlah uang tertentu.

Tuanku adalah seorang yang menyedihkan, lebih menyedihkan daripada aku. Bukan lantaran dia tidak mempunyai sesuatu yang berharga dalam hidupnya, melainkan justru karena dia memiliki seorang  kekasih yang amat dia cintai melebihi cintanya pada apapun. Aku berani bersumpah atas nama perusahaan yang telah menciptakanku: Dia tidak akan berhenti mencintai wanita pujaannya.

Tuanku dan aku memiliki hubungan yang sangat erat, tapi bukan hubungan asmara atau simbiosis mutualisme seperti burung jalak dan kerbau. Sama sekali bukan. Hubungan kami itu persis seperti hubungannya dengan baju, atau celana, atau sepatu, atau kendaraan, atau barang-barangnya yang lain.

Namun aku sepertinya menduduki posisi yang lebih istimewa di antara semua barang yang tuanku miliki. Dia bisa dua kali sehari mengganti pakaian tapi aku belum digantinya selama beberapa tahun terakhir. Entah itu dikarenakan dia tidak mempunyai uang atau aku memang telah memberikan kesan berarti padanya.

Melalui diriku, beberapa pekerjaan tuanku dapat terselesaikan dengan mudah. Aku membantunya mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Aku mampu menghubungkan tuanku dengan kawan-kawannya yang jauh disana sehingga mereka bisa bercakap-cakap dan saling kirim pesan. Selain itu, dia dapat membaca berita atau apapun dari layar pada diriku. Dia juga kadang menulis sesuatu, lalu tulisan itu dikirimkan entah kemana.

Untuk menghibur diri, biasanya dia bermain sesuatu dalam diriku seperti catur atau kartu, mendengarkan musik, dan menonton sebuah tayangan tertentu yang dapat membuatnya tertawa terbahak-bahak atau tayangan yang dapat membuat wajahnya merah padam, suhu tubuhnya naik, dan nafasnya jadi tidak beraturan. Entah mengapa setelah menonton yang terakhir ini, kadang dia terburu-buru ke kamar mandi.

Yang paling kusuka dari tuanku atas diriku adalah ketika dia melantunkan firman-firman Tuhan yang muncul di layarku. Aku sendiri merasa sejuk mendengarnya. Aku teringat waktu dia membaca ayat-ayat Tuhan itu di samping seseorang yang dia panggil “mbah”, berbaring tak berdaya selama bermalam-malam. Sungguh itu adalah saat-saat aku merasa benar-benar bermanfaat.

Mari kembali pada cerita tuanku dan kekasihnya. Aku meyakini dia kekasihnya sebab hanya kepada dia lah tuanku memanggilnya “sayang”, “cinta”, atau “belahan jiwa”.

Hubungan tuanku dan kekasihnya tampaknya sering mengalami pasang-surut. Mereka bisa menjadi sangat romantis dan saling menghibur meskipun mereka tidak sedang bersama. Tuanku sering mengingatkan kekasihnya untuk rajin belajar, tidak telat makan, atau selalu menjaga diri. Begitupun sebaliknya. Kekasihnya sering menasihati agar tuanku tetap semangat bekerja, belajar, tidak meninggalkan dan selalu optimis menjalani hubungan jarak jauhnya. Untaian-untaian kalimat mendukung dan mengasihi berseliweran satu sama lain.

Namun adakalanya pesan-pesan yang mereka kirim kental dengan aroma kemarahan dan kekecewaan. Biasanya, ketika mereka sedang asyik bertukar pesan, tiba-tiba kekasihnya menghilang. Tak membalas pesan tuanku hingga sekian lama, dan tuanku masih tetap menunggu balasan. Bila sudah demikian, maka terlontarlah kalimat-kalimat jengkel dari tuanku. Itu juga sering terjadi sebaliknya.

Selain urusan balas-membalas pesan itu yang menjadi lantaran pertengkaran kecil mereka, ada juga ada juga pertengkaran yang sangat emosional dan penuh amarah. Ada satu yang paling kuingat dari pertengkaran itu.

“Siapa lelaki di foto yang kamu upload itu?” tanya tuanku penuh selidik.

“Bukan siapa-siapa kok. Dia hanya teman. Sumpah!”

“Kalau cuma teman, kenapa sebegitu dekatnya, kamu tampak senang sekali pula?”

“Apa yang salah? Kami tidak ngapa-ngapain. Berpose dekat seperti itu kan biasa.”

“Kamu masih tidak menyadari kesalahanmu. Dengar, aku cemburu. Aku gak suka.”

“Alah, gitu aja cemburu. Susah memang punya pacar cemburuan.”

“Jadi kamu lebih suka aku tidak cemburu? Tidak peduli? Gini, kita ini sedang terpisah jauh. Kalau kita tidak bisa menjaga kepercayaan masing-masing, seterusnya kita akan sering tengkar begini.”

“Aku males membahas ini.” Kekasihnya menukas.

“Kamu selalu begitu. Kamu lebih suka post kedekatanmu dengan orang lain disitu, yang mana itu membuatku cemburu, daripada post foto-foto kita, yang justru itu bisa membuatmu tidak didekati laki-laki lain. Orang lain akan tahu bahwa kamu milikku.”

“Kamu memang tidak mempercayaiku!”

“Aku percaya sama kamu. Tapi aku mohon kamu juga harus menjaga kepercayaan dan perasaanku. Katanya sayang, tapi kamu sering membuatku terluka. Aku ingin kita selalu baik-baik saja. Saling mendukung dan menyemangati seperti sebelum-sebelumnya.”

“Tau nggak? Aku tuh terbebani dengan kamu seperti ini terus. Aku kesini untuk menuntut ilmu dan memperbanyak teman, bukan mau macem-macem.”

“Iya, aku tau. Tapi, kalau kamu upload foto sembarangan begitu kan menyinggungku. Kamu gak mikir perasaanku. Foto dengan orang lain saja kamu mudah, upload kebersamaan kita kamu sulitnya minta ampun.”

“Terserah kamu dah. Aku capek.”

“Kamu kok gitu sih? Kamu mau cuek begini kalau kita ada masalah?”

Kekasihnya tidak membalas.

Akhirnya tuanku kirim pesan lagi, “kamu kemana?”

Belum ada jawaban.

“Sayang,” tuanku mulai meluruh.

Tidak ada balasan.

“Sayang, kamu kemana? Aku kepikiran kita belum selesai bicara.”

Masih tidak ada jawaban.

Tuanku kembali menulis, “Sayang, aku minta maaf. Aku terlalu membebani pikiran kamu. Aku memang egois. Aku salah. Aku janji akau gak akan begini lagi. Aku akan lebih mengerti keadaan kamu. Kamu jaga diri disitu. Jangan lupa sholat dan makannya. Aku sayang sama kamu.”

Entah mengapa setelah menulis pesan itu. Aku langsung dibantingnya ke lantai dengan begitu kasar. Dan sejak saat itu aku tidak pernah bisa menyala.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka untuk Para Jomblo

'Toxic Masculinity' dan Kesetaraan Gender

Sam Tobacco dan Rokok 'Tingwe'

Pemain Baru dan Tantangan Unai Emery

H-1 Lebaran Dini Hari di Warung Mie Instan

Kala Ratih

Aku Menghimbau "Green Living"