Seorang Kawan, Reclining Buddha, dan Tidur yang Tak Nyenyak
Sumber gambar: milik pribadi
Petanimencatat - Ini hari sial. Diawali dengan hasil seri pertandingan Arsenal melawan Sporting CP dini hari tadi, membuat momen begadangku kurang afdhol. Dilanjutkan tidak berkualitasnya tidur pagiku pada pukul 06.00 dan harus bangun pukul 09.00 karena sudah tidak dapat dipaksakan lagi.
Namun diantara semua kesialan itu, hal yang paling brengsek adalah, saat memutuskan untuk bangun, tiba-tiba kudapati seorang kawan tidur dengan posisi ala Reclining Buddha atau dalam bahasa Yunani disebut juga pose Buddha Tidur.
Persoalannya bukan pose tidurnya, melainkan kenyataan bahwa dalam keadaan tidur pun kawanku ini masih mengejek orang lain. Dan, kali ini aku, yang tidak bisa tidur nyenyak, diejeknya. Dalam banyak hal, percayalah, dia bukan orang ramah untuk interaksi yang santun.
Tapi tentang posisi tidur yang persis pose Buddha Tidur itu, adalah hal yang menarik perhatianku seketika melihatnya. Bayangan patung Buddha Tidur di Trowulan Mojokerto lalu hadir dalam ingatanku. Begitupun tentang patung serupa di Bogor, Thailand, dan Myanmar. Em, aku memang belum pernah ke Bogor, apalagi Thailand dan Myanmar sih, tapi aku tahu patung-patung itu dari berita kok. Swear!
Lalu kuperhatikan kawanku itu. Posisi kepalanya ada di sebelah utara. Alamak, jangan-jangan...
Jadi, begini gaes. Dalam kepercayaan Buddha yang kutahu, pose Buddha Tidur dengan kepala di sebelah utara merupakan pose sakral. Pose ini berarti Buddha sedang menuju Nirwana. Oleh sebab itu, di Myanmar ada tradisi agar umat Buddha tidak tidur dengan posisi mengarah ke utara. Umumnya mereka tidur mengarah ke timur dan selatan.
Kemudian pose Buddha Tidur yang mengarah ke timur itu berarti Buddha sedang memberi pengajaran atau ilmu. Sedangkan pose yang mengarah ke selatan maknanya Buddha sedang istirahat. Dan, pose yang sampai sekarang aku tak tahu adalah apakah (pernah) ada pose Buddha Tidur mengarah ke barat dan apa pula maknanya.
Beberapa orang mempercayai--entah ini dari agama, suku, atau aliran apa--bahwa tidur mengarah ke barat sangat tidak disarankan. Sebab, posisi itu berlawan arah dengan gerakan rotasi bumi. Posisi tidur yang mengarah ke barat, konon, akan membuat tidur tak berkualitas. Sering mimpi buruk atau sering terbangun dan akhirnya membuat badan terasa lelah dan malas.
Kepercayaan tidur mengarah ke barat itu mereka ibaratkan seperti naik kendaraan tapi posisi duduknya menghadap ke belakang. Biasanya, posisi yang demikian akan membuat seseorang pusing dan mual, karena menguras banyak energi untuk 'menyeimbangkan' dirinya dengan gerakan kendaraan yang dinaiki.
Permisalan itu cukup logis mengingat bahwa segala sesuatu (termasuk manusia) adalah penumpang dan bumi adalah kendaraannya. Jadi, ketika tidur mengarahkan kepala ke barat, itu sama halnya posisi tidur kita berkebalikan dengan rotasi bumi. Ya, semua itu terserah kalian, gaes, mau percaya atau tidak.
Jadi sementara dapat kusimpulkan, kawanku bisa tidur sedemikian nyenyak, padahal bisa jadi aku tidak kalah lelah daripada dirinya, adalah karena dia telah sampai pada tahap 'nirwana'. Itu terlihat dari wajahnya yang tenang, senyum yang samar-samar terlihat di sudut bibirnya, dan irama ngoroknya yang lirih tapi ritmis. Didukung pula posisi dan pose 'Reclining Buddha'-nya yang sangat sakral itu. Pantas saja.
Tapi bagiku, nikmat tidur pagi ini rasanya amat jauh. Sangat tidak memuaskan. Soal ini mungkin karena aku terlalu lama ibadah ngopi hingga kondisi badanku tidak stabil. Bisa juga karena waktunya yang masih terlalu pagi atau...
Oh, tidak! Sebelum tertidur, posisi kepalaku kan ada di sebelah barat. Duh, mana lupa baca doa lagi.
Petanimencatat - Ini hari sial. Diawali dengan hasil seri pertandingan Arsenal melawan Sporting CP dini hari tadi, membuat momen begadangku kurang afdhol. Dilanjutkan tidak berkualitasnya tidur pagiku pada pukul 06.00 dan harus bangun pukul 09.00 karena sudah tidak dapat dipaksakan lagi.
Namun diantara semua kesialan itu, hal yang paling brengsek adalah, saat memutuskan untuk bangun, tiba-tiba kudapati seorang kawan tidur dengan posisi ala Reclining Buddha atau dalam bahasa Yunani disebut juga pose Buddha Tidur.
Persoalannya bukan pose tidurnya, melainkan kenyataan bahwa dalam keadaan tidur pun kawanku ini masih mengejek orang lain. Dan, kali ini aku, yang tidak bisa tidur nyenyak, diejeknya. Dalam banyak hal, percayalah, dia bukan orang ramah untuk interaksi yang santun.
Tapi tentang posisi tidur yang persis pose Buddha Tidur itu, adalah hal yang menarik perhatianku seketika melihatnya. Bayangan patung Buddha Tidur di Trowulan Mojokerto lalu hadir dalam ingatanku. Begitupun tentang patung serupa di Bogor, Thailand, dan Myanmar. Em, aku memang belum pernah ke Bogor, apalagi Thailand dan Myanmar sih, tapi aku tahu patung-patung itu dari berita kok. Swear!
Lalu kuperhatikan kawanku itu. Posisi kepalanya ada di sebelah utara. Alamak, jangan-jangan...
Jadi, begini gaes. Dalam kepercayaan Buddha yang kutahu, pose Buddha Tidur dengan kepala di sebelah utara merupakan pose sakral. Pose ini berarti Buddha sedang menuju Nirwana. Oleh sebab itu, di Myanmar ada tradisi agar umat Buddha tidak tidur dengan posisi mengarah ke utara. Umumnya mereka tidur mengarah ke timur dan selatan.
Kemudian pose Buddha Tidur yang mengarah ke timur itu berarti Buddha sedang memberi pengajaran atau ilmu. Sedangkan pose yang mengarah ke selatan maknanya Buddha sedang istirahat. Dan, pose yang sampai sekarang aku tak tahu adalah apakah (pernah) ada pose Buddha Tidur mengarah ke barat dan apa pula maknanya.
Beberapa orang mempercayai--entah ini dari agama, suku, atau aliran apa--bahwa tidur mengarah ke barat sangat tidak disarankan. Sebab, posisi itu berlawan arah dengan gerakan rotasi bumi. Posisi tidur yang mengarah ke barat, konon, akan membuat tidur tak berkualitas. Sering mimpi buruk atau sering terbangun dan akhirnya membuat badan terasa lelah dan malas.
Kepercayaan tidur mengarah ke barat itu mereka ibaratkan seperti naik kendaraan tapi posisi duduknya menghadap ke belakang. Biasanya, posisi yang demikian akan membuat seseorang pusing dan mual, karena menguras banyak energi untuk 'menyeimbangkan' dirinya dengan gerakan kendaraan yang dinaiki.
Permisalan itu cukup logis mengingat bahwa segala sesuatu (termasuk manusia) adalah penumpang dan bumi adalah kendaraannya. Jadi, ketika tidur mengarahkan kepala ke barat, itu sama halnya posisi tidur kita berkebalikan dengan rotasi bumi. Ya, semua itu terserah kalian, gaes, mau percaya atau tidak.
Jadi sementara dapat kusimpulkan, kawanku bisa tidur sedemikian nyenyak, padahal bisa jadi aku tidak kalah lelah daripada dirinya, adalah karena dia telah sampai pada tahap 'nirwana'. Itu terlihat dari wajahnya yang tenang, senyum yang samar-samar terlihat di sudut bibirnya, dan irama ngoroknya yang lirih tapi ritmis. Didukung pula posisi dan pose 'Reclining Buddha'-nya yang sangat sakral itu. Pantas saja.
Tapi bagiku, nikmat tidur pagi ini rasanya amat jauh. Sangat tidak memuaskan. Soal ini mungkin karena aku terlalu lama ibadah ngopi hingga kondisi badanku tidak stabil. Bisa juga karena waktunya yang masih terlalu pagi atau...
Oh, tidak! Sebelum tertidur, posisi kepalaku kan ada di sebelah barat. Duh, mana lupa baca doa lagi.
Komentar
Posting Komentar